
Awalnya sih karena tugas. Saya harus meliput acara bersepeda di Solo.Bersama dengan sejumlah pesepeda di kota itu, kami bersepeda di medan off road menuju Candi Cetho. Cukup jauh jaraknya. Saya pun tak membayangkan jika medannya sangat berat. Waktu itu, saya menganggap bahwa bersepeda adalah olahraga orang-orang aneh.Medannya susah dan saya sangat takut jatuh.
Kok bisa berubah pikiran?
Begini. Sebagai presenter acara adventure semacam Jejak Petualang, saya kan seringkali mendapatkan peluang untuk mencoba berbagai kegiatan ekstrem. Bertualang dengan motor trail saya pernah, off road dengan mobil jeep 4WD juga sangat sering. Naik turun perahu pun sudah jadi hal biasa bagi saya.
Tapi dari semua kegiatan itu, saya merasakan bahwa sepeda lah yang paling cocok dengan saya. Saya bukan saja merasa cocok dengan olahraganya, tapi juga dengan orang-orangnya. Sepengetahuan saya, hanya di dunia sepeda kita bisa menemukan banyak eksekutif perusahaan yang bisa bercanda dengan anak-anak muda saat bermain bersama.Di dunia sepeda, sekat-sekat sosial benar-benar tipis.Pergaulan orang-orang komunitas sepeda jauh lebih friendly.
Nama Medina Kamil melejit naik saat dia mengalami musibah Juni 2007 lalu. Kapal yang dia tumpangi bersama empat rekannya sesame kru Jejak Petualang-- Doddy Suhanjoyo (produser), Budi Kurniawan (kamerawan), Wendy Muhamad Firman (asisten produser), Bagus Dwi (kamerawan)-- untuk liputan di kawasan Raja Ampat, Papua, tenggelam. Bagus hilang, sementara Dina dan tiga kawan lainnya terdampar di Pulau Tiga selama lebih dari 24 jam.
Trauma enggak kalau harus naik long boat lagi?
Ah, enggak tuh. Saya bahkan akan pergi ke Papua lagi minggu-minggu pertama Januari ini.Pasti di sana juga pake acara naik long boat.
Balik ke soal sepeda. Seberapa sering sih Dina naik sepeda?
Di luar urusan pekerjaan, saya juga kerap bersepeda. Saya pernah mencoba trek-trek downhill di Sentul, dan juga Gunung Pinang (Cilegon).Rasanya luar biasa. Tapi, kalau boleh memilih, saya tetap lebih menyukai trek alami. Trek-trek buatan seperti lintasan downhill terlalu curam untuk saya. Rintangannya pun terlalu banyak. Di trek alami turunannya biasanya lebih bersahabat.
Makanya, kalau ada teman yang mengajak saya main sepeda, saya selalu bertanya, tanjakannya banyak enggak. Kalau tanjakannya banyak, mendingan saya gak ikutan deh. Hehehe.
Kalau di dalam kota?
Nah, itu dia. Meskipun saya suka ikut acara teman-teman Bike to Work, saya sebenarnya kurang suka bersepeda di jalanan beraspal. Rasanya saya tak bisa menemukan sensasi bersepeda di jalan raya itu.Apalagi kalau sudah melihat kepulan asap kendaraan bermotor. Yang kebayang hanya satu: asap itu harus saya hisap.
Itu juga yang membuat saya kurang suka main sepeda motor trail. Polusi knalpotnya luar biasa, suaranya juga sangat berisik, dan jalan yang dilewatinya pasti hancur. Sepeda jauh lebih menarik jadinya.
Ngomong-ngomong, sejak kapan sih Dina menyukai kegiatan off air dan adventure?
Hehehe. Dari kapan ya? Sepertinya ya sejak bekerja sebagai presenter Jejak Petualang ini. Waktu kuliah, saya memang suka bergaul dengan anak-anak pecinta ala, tapi tak pernah ikut kegiatan mereka. Sekarang malah jadi ketagihan.
Foto: Dody Johanjaya
0 komentar:
Posting Komentar