Carlos Sastre Candil

on Rabu, 17 Juni 2009

carlos_sastre.jpgTujuh tahun ikut Tour de France, baru tahun ini prestasi mentereng diperolehnya. Carlos Sastre Candil berhasil menggapai mimpinya menjuarai Grand Tour terbesar sejagat raya ini.

Nama Carlos Sastre memang diunggulkan pada Tour de France (TdF) ke-95 lalu. Bahkan setiap tahun, namanya selalu muncul sebagai unggulan. Tapi sayangnya, pembalap Spanyol ini belum mampu mendongkrak posisinya dari prestasi terbaik selama mengikuti TdF, yaitu meraih podium ke-3 tahun 2006 lalu. Ya, itulah puncak prestasinya kala itu selain pernah menduduki posisi runner-up di Vuelta de Espana 2007. Kini ia menjelma menjadi jagoan baru, dan masuk dalam legenda para jawara TdF.

.

Carlos kecil mulai menyukai sepeda saat berumur 8 tahun. Bisa dibilang usia yang agak telat bagi seorang anak untuk mulai bersepeda. Tapi, tidak begitu dengan Carlos. Saat mulai menyukai sepeda, ia langsung tekun menggelutinya. Walau saat itu kebimbangan masih menyelimutinya lantaran ia juga bercita-cita untuk serius menekuni dunia sepakbola yang lebih populer di tanah kelahirannya, Spanyol, namun Angel Arroyo berhasil membuka mata pembalap kelahiran Madrid ini. Siapa Angel Arroyo? Dia adalah pembalap yang memenangi Vuelta de Espana tahun 1982. Peran pembalap ini, walau tidak secara langsung, telah membuat Carlos jatuh hati pada dunia balap sepeda. "Angel Arroyo telah meyakinkan saya untuk mendedikasikan hidup saya di atas sepeda balap," ujarnya. Tak lupa, peran sang ayah, Victor Sastre, benar-benar membantu menumbuhkan mental dan kekuatan fisiknya.

Victor akhirnya mendaftarkan sang anak ke sekolah bersepeda bernama Escuela de Ciclismo de El Barraco. Selain menyalurkan hasrat sang anak, di sekolah ini Carlos benar-benar dijauhkan dari dunia narkoba dan premanisme yang saat itu sedang marak-maraknya. Toh, Carlos sangat senang di sekolah ini. Ia sekolah sampai mendapatkan peringkat pembalap amatir di dalam negeri. Saat waktunya tiba, Victor lantas mengenalkan Carlos ke seorang pelatih sepeda profesional dan salah satu yang terbaik di Spanyol. Orang itu bernama Jose Luis Pascua. Saat-saat inilah peralihan dimana Carlos mulai meninggalkan dunia amatir dan menginjakan kakinya ke jenjang profesional. Jose melatihnya dengan baik sehingga Carlos tumbuh menjadi pembalap prima. Selama 3 tahun dibawah asuhan Jose, memang tak mudah baginya untuk mendapatkan peringkat sebagai pembalap profesional. "Transisi perpindahan dari amatir ke pro sangatlah sulit. Dibutuhkan adaptasi dan kerja keras karena atmosfernya sangatlah berbeda," ujar pembalap 33 tahun ini.

Perjalanan Karir

Saat baru bergabung dengan tim pro, hati Carlos sangat deg-degan bercampur senang. Kenapa? Di tahun 1997 itu ia masuk ke dalam jajaran pembalap muda (saat itu baru berusia 22 tahun) di Tim Once, yang merupakan cikal bakal dari Tim Astana. Lima tahun bergelut di tim lokal ini, tak banyak prestasi bagus yang diperoleh. Tapi Carlos berhasil membawa namanya dilirik oleh tim besar lainnya saat dinobatkan sebagai "raja tanjakan" pada Vuelta de Espana tahun 2000.

Ya, tim yang meliriknya dan akhirnya mengontraknya adalah CSC yang dimanajeri mantan pembalap besar yang juga juara TDF 1996, Bjarne Riis. Momen ini terjadi di tahun 2002 dan sampai sekarang pun Carlos masih setia di tim ini. Merupakan tantangan terbesar dalam karirnya untuk bisa sukses bersama CSC. Apalagi ia dipasangkan dengan pembalap Tyler Hamilton asal Amerika Serikat yang pernah membantu Lance Armstrong menjuarai TdF.05

Sayang, kerjasama dengan Basso tak berlangsung lama. Kasus doping menjangkit pembalap ini sehingga ia tak bisa ambil bagian pada TdF 2006. Tapi angin segar justru datang kepadanya. Ya, Carlos diangkat sebagai kapten tim di TdF yang dijuarai oleh Oscar Pereiro ini.

TdF 2008 dan Good Bye CSC?

Perhelatan TdF 2008 yang memasuki usia ke-95 diwarnai dengan tidak hadirnya juara bertahan, Alberto Contador. Banyak orang sempat kuatir kalau greget TdF kali ini tak akan seperi dulu. Tapi, banyak pembalap top yang tetap hadir diantaranya Cadel Evans (Australia), Alejandro Valverde (Spanyol), Bernhard Kohl (Austria), Denis Menchov (Rusia) dan Carlos Sastre sendiri.

Hebatnya, para pembalap Spanyol kembali mendominasi walau tanpa kehadiran Contador. Terbukti Carlos menjadi pemakai yellow jersey TdF 2008. Dominasinya tak terlihat di etape-etape awal karena Cadel Evans sangat mumpuni di atas trek flat

Tapi begitu memasuki etape pegunungan tepatnya etape ke-17, ia menjadi penguasa Alpe d'Huez sekaligus berhak menyandang yellow jersey. Raihannya tak terkejar sampai dengan TdF berakhir di etape ke-21. Begitu juga untuk kategori climber terbaik, namanya masuk sebagai runner-up. Satu lagi yang melengkapi gelarnya, Tim CSC menjadi tim nomor 1 dalam TdF ini.

Torehan prestasi yang hebat ini semoga saja menjadi acuan CSC untuk memperpanjang kontraknya. Kontrak Carlos bersama tim yang sudah 6 tahun dibelanya ini akan berakhir di penghujung musim balap 2008. Kita tunggu saja, apakah ia akan tetap berada di tim yang sudah membesarkan namanya ini atau mencoba tantangan baru di tim lain.(nov)



0 komentar:

Posting Komentar